Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah kebidanan di luar negeri dan di indonesia, poin-poin yang akan di bahas antara lain:
- Untuk mengetahui keadaan kebidanan zaman dahulu.
- Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi pada masa dahulu.
- Untuk membandingkan keadaan zaman dahulu dan sekarang.
- Untuk mengetahui perkembangan kebidanan sampai sekarang
Sejarah Kebidanan |
Arti Kebidanan
Kebidanan adalah: Suatu hukum keajaiban alam yang besar, dimana manusia harus berkembang biak, hukum alam bagi manusia yang berlainan jenis sebagai akibat hawa nafsunya.
Sekarang perkembangan kebidanan lebih maju sehingga arti kebidanan: Seseorang ilmu yang mempelajari kelahiran manusia mulai dari konsepsi sampai melahirkan dan memelihara bayi.
A. Sejarah kebidanan Luar Negeri
Contoh persalinan pada zaman dahulu:
1. Di Australia
- Wanita yang akan bersalin itu disuruh duduk di tengah lapangan atau keliling lapangan, kemudian datanglah seorang pemuda yang gagah dan mengendarai kuda itu diarahkan pada orang atau ibu yang akan bersalin, karena ketakutan dan terkejut maka ibu lari-lari akibat dari lari-lari tersebut maka anak akan cepat lahir.
- Wanita yang akan bersalin ditidurkan didahan pohon dan diletakkan tali di daerah fundus uteri yang kemudian ditarik.
- Orang yang akan bersalin disuruh berdiri memegang bahu dukun yang akan menolongnya, kemudian tangan dukun memegang dan memeras pinggang ibu, kepala dukun menekan perut ibu dengan perasan di pinggang dan tekanan pada perut lama-lama akan lahir.
- Ibu inpartu (masa persalinan) diasingkan ke hutan yang ditemani seorang dukun, karena dianggap wanita tersebut sedang kotor. Kemudian dukun membuat dua lubang di tanah.
- Disuruh jongkok di lubang pertama sampai anak lahir. Pindah dan jongkok kembali sampai lahir plasenta baru kemudian dimandikan.
- Seorang pelopor yang bernama HYPOCRATES pada tahun 460-370 SM yang berasal dari Yunani mempelopori pengobatan dan perawatan dan disebutlah dia bapak pengobatan atau bapak kedokteran.
- Dia menganjurkan agar wanita bersalin ditolong segera perikemanusiaan untuk mengurangi penderitaan ibu.
- Dia juga harus dirawat selayaknya Orang-orang Yunani dan Romawi lebih dahulu melaksanakan perawatan nifas.
- Menaruh minat pada kebidanan
- Bidan harus seorang wanita yang sudah melahirkan dan tidak boleh takut pada hantu dan setan
- Menemukan versi podali
- Menuliskan buku pelajaran bidan dengan judul ”KATERISMUS BIDAN DI ROMA”. Setelah Soranus meninggal diteruskan oleh MUSCION 460-370 SM.
GURU-GURU BESAR DI ITALIA
Setelah muscion mati perawatan dan kebidanan menjadi gelap dan mundur beberapa tahun kemudian setelah abad ke 15 mulailah didirikan sekolah di Italia seperti sekolah anatomi sehingga muncullah guru besar yang bernama:
- Eustacius seorang ahli anatomi
- Fallopius yang menemukan tuba fallop
- Arrantius suatu pembuluh darah yang terdapat pada plasenta.
- W. harley fungsi plasenta dan selaput janin, pernafasan, radiasi, antibody, hormon penumbuhan
2. Perkembangan di Prancis
a. Ambroise Pare 1610-1590
- Pertama menaruh minat pada kebidanan
- Menemukan versi podali serta melengkapi dari soranus
- Menemukan versi ekstraksi.
b. Francois Mauriceau
Adalah orang yang menemukan cara mengeluarkan kepala dengan cara memasukkan jari kemelut bayi pada letak sungsang.
3. Perkembangan di Inggris
a. William Smilie 1697-1763 M
- Mengembangkan kebidanan
- Menemukan porcep
- Menemukan ukuran-ukuran panggul
- Menemukan perbedaan panggul sempit dan panggul biasa.
b. William Hunter
Seorang dokter murid William smile menaruh minat pada kebidanan
4. Perkembangan di Amerika
a. James Lyod 1728-1810
b. Dr.w.shippen 1726-1808
Kedua dokter ini mendirikan kursus kebidanan, kemudian menganjurkan partus buatan prematurus pada panggul sempit
c. Dr. Samuel Bard 1742-1821
Belajar di eropa, London kemudian kembali ke Amerika dan memajukan ke dokter King College sehingga dia menjadi profesor yang pertama di bidang kebidanan. Dia juga menulis buku kebidanan yang berisikan pelayanan untuk dokter dan bidan tentang:
- Cara mengukur diagonalis
- Kelainan panggul
- kelainan panggul harus ada indikasi
- Membagi persalinan menjadi 4 kala
- Jangan menarik tali pusat bisa terjadi inversio uteri.
- Mengajar letak muka dapat lahir spontan
- Melarang pemakaian cunam secara berulang
Sejarah lahirnya Water Birth
Dokumen atau arsip-arsip modern pertama ditemukan pada suatu desa negara Perancis tahun 1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis di Perancis, dimana terjadi pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan distosia akan menjadi lebih progregif dengan menggunakan metode persalinan water birth, dimana bayi yang akan lahir lebih mudah, Penelitian Rusia Igor Ccharkovsky yang meneliti tentang keamanan dan kemungkinan manfaat water birth di Uni Sovyet selama tahun 1960 an. Akhir tahun 1960 ahli obstetri Perancis Frederick Leboter mengembangkan teknik baru berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke dunia luar, dan dapat mengurangi kemungkinan efek trauma yang mungkin terjadi.
Awal tahun 1979 Dr. Michel Odent, kepala instansi bedah Rumah Sakit Pithiviers Perancis, pertama kali memperkenalkan keuntungan dari persalinan dan kelahiran di dalam air, ia mencatat banyak wanita ingin menggunakan water birth selama persalinan untuk mendapatkan proses pembukaan menjadi lebih mudah, nyaman mengurangi rasa nyeri dan lebih efisien.
Tahun 1985 The family Birthing di Upland, California Selatan yang di pimpin oleh Dr. Micheal Rosenthal menyarankan wanita untuk bersalin dan melahirkan di air. Setelah akumulasi pengalaman water birth berjalan selama 5 tahun, pada tahun 1993 telah menjadi 1000 kelahiran.
Tahun 1991, Monadnock Community Hospital di Peterborough, New Hamshire menjadi Rumah Sakit pertama yang membuat protokol water birth. tahun 1994 Tentang perlunya keamanan kelahiran dan persalinan di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan resiko warwe birth. Pada 1-2 April 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth untuk mengeksplorasi masalah-maslah yang muncul.
Tahun 2005 terdapat lebih dari 300 Rumah Sakit di Amerika telah mengadoptasi protokol water birth. Lebih dari tiga perempat dari seluruh Rumah Sakit di Inggris telah menyediakan water birth.
Indonesia water birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon melahirkan dengan metode ini yaitu, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di San Marie Family Healthcare, Jakarta di tangani oleh dr.T Otamar Samsudin, SPOG dan dr. Keumala Pringgadini, SpA.
Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud Bali telah menangani lebih dari 400 kasus water birth per tahun termasuk Oppie Andaresta (20 Juli 2007), sementara Rumah Sakit yang pertama menyediakan water birth adalah Rumah Sakit Umum Harapan Bunda Maternity Hospital Denpasar Bali. Water binh telah dilaksanakan sejak 7 Oktober 2007 dan persalinan ditangani oleh dr. I Nyoman Hariyasa Sanjaya, SPOG.
B. Sejarah kebidanan di Indonesia
Perkembangan kebidanan di Indonesia tidak jelas karena tidak tahu siapa yang menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena zaman dahulu semua persalinan di tangani oleh dukun dan percaya tahayul, sifatnya turun temurun dan berpengalaman, dukun juga seorang wanita tua dan disegani, juga sebagai penasehat dan pendidik berpengaruh di masyarakat dan pembayaran sesuai dengan kemampuan masyarakat, dukun juga mau menunggu ibu yang akan melahirkan berhari-hari lamanya.
Cara perawatannya dengan membaca-baca mantra dan memohon kepada Tuhan serta mengusir setan, mau mengurut-urut serta menganjurkan pantangan. Dukun juga sering bertapa, dan dalam perawatan sering menggunakan ramuan-ramuan segar.
Perkembangan kebidanan telah berjalan melalui proses yang panjang. Demikian juga dalam kancah pendidikan. Perkembangan kebidanan dimulai ketika Belanda menjajah bangsa Indonesia. Setelah membangun rumah sakit untuk orang tertentu, misalnya orang yang terkaya pada perkebunan atau bagian kebidanan. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan diadakan di rumah sakit, kemudian juga diluar cenderung tersumbat karena masyarakat masih mengembangkan kepercayaan dan kebiasaan lama.
Pendidikan kebidanan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda atas inisiatif Dr.W Bosh yang waktu itu menjadi kepala Bagian. Kesehatan pemerintahan Belanda. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sekolah bidan yang pertama didirikan pada tahun 1852 di Batavia.
Sekolah ini ditutup pada tahun 1875 dengan alasan utama ditutupnya sekolah ini karena rendahnya apresiasi wanita bersalin terhadap pertolongan bidan dibandingkan dengan pertolongan seorang dukun bayi. Meskipun alasan penutupan ini masih bisa dipertanyakan lebih jauh lagi, misalnya apakah rendahnya minat ibu-ibu yang bersalin ke bidan itu disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka atau mungkin rendahnya mutu pendidikan bidan itu sendiri.
Tahun 1850 didirikan sebuah kursus bidan di bawah pimpinan dan pengawasan seorang bidan dari Belanda. Pada tahun 1873 ada sekitar 37 bidan yang tinggal di kota yang hanya mau menolong persalinan orang-orang Belanda dan Cina. Oleh karena biaya kursus bidan dirasakan mahal, kursus itu ditutup kembali Oleh pemerintah Belanda.
Pendidikan Bidan dibuka kembali 1897 di bawah pimpinan Prof. Boerma. Pada era ini Prof Remmeltz melaporkan bahwa angka kematian ibu sebesar 1.600 per 100.000 persalinan hidup dan angka kematian bayi sekitar 30 % dari kelahiran sebelum mencapai usia satu tahun . Penderitaan akibat persalinan sungguh menyayat hati masyarakat sehingga pihak swasta pun ikut membuka sekolah bidan seperti misi Katolik 1890 di Tjideres, Jawa Barat, juga salah satu daerah di Sumatera Utara.
Pada tahun 1920, dr. Piverelli mendirikan semacam biro konsultasi ibu dan anak di Jakarta yang bernama Consultantie Bureau Vorr Maeder en Kind.
Jawa Barat, Biro konsultasi emacam ini dipelopori oleh dr. Poerwosoewardjo dan dr. Soemaroe dengan mengikut sertakan dukun beranak. Ini adalah cikal bakal pendidikan dukun. Dukun diberi semacam pendidikan khusus agar mampu memberi pertolongan persalinan.
Sekitar tahun 1938 tercatat sekitar 376 bidan di seluruh Indonesia, jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang memerlukan pertolongan bidan, keterbatasan bidan ini pula yang menyebabkan jasa dukun bayi sangat marak bahkan hingga sekarang.
Peserta didik bidan diambil dari tenaga para juru rawat yang telah bekerja selama tiga tahun untuk mendapatkan pendidikan selama dua tahun dan ditetapkan menjadi pembantu bidan. Kongres Vereniging Van Geneeskundingen di Semarang tahun 1938. menolak adanya pembantu bidan dan menghendaki adanya Sekolah Bidan .
Dokter M. Toha setelah menyelesaikan pendidikan ahli kebidanan dan penyakit kandungan di tempatkan di Cirebon. Ia mendapat kesempatan untuk mengutarakan secara luas berbagai masalah yang dihadapi anak negeri dalam bidang pelayanan kebidanan yang sangat menyedihkan. Selanjutnya prof Remmeltz meninjau rumah sakit Cirebon dan meluluskan permintaannya agar mendirikan sekolah bidan.
Pecahnya perang dunia II telah menggagalkan usaha pendirian sekolah bidan tersebut. Setelah kemerdekaan usaha sekolah bidan di Cirebon dilanjutkan oleh dr. Soetomo Joedosoepoetro, ketika dr. M Toha dimandatkan tugas baru untuk memimpin bagian kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas kedokteran cabang Universitas Indonesia di kota Surabaya, beliau juga membangun Sekolah bidan di rumah sakit umum dokter Soetomo di Surabaya .
Tahun 1948 dr.H Sinaga telah mengeluarkan stensilan untuk pendidikan bidan , pada tahun yang sama dr.S A Goelam mengeluarkan buku ilmu kebidanan (bagian fisiologis) dan ilmu kebidanan II (bagian patologi)
Tahun 1950 dr. Mochtar dan dr.Soeliyanti membentuk bagian kesehatan ibu dan anak (KIA) di Departemen Kesehatan RI Yogyakana, yang telah berkembang sampai saat ini. Tahun 1950 tercatat 475 dokter, 4000 perawat termasuk bidan dan 6 spesialis obstetri ginekologi , sesudah tahun 1950 pendidikan bidan maju pesat.
Setelah Indonesia merdeka perkembangan kebidanan maju cukup pesat. Ini disebabkan telah muncul kesadaran masyarakat dan pemuda-pemuda Indonesia tentang makna kebidanan. Keadaan memaksa dan mengharuskan pula pengembangan ilmu kebidanan karena kekurangan tenaga-tenaga asing yang ahli dan biasa memegang peranan dalam bidang itu. Saat ini masyarakat Indonesia sudah menyadari pentingnya pelayanan kebidanan
Pada kongres perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia (POGI) yang pertama tanggal 26 sampai 31 juli 1970, telah ada sekitar 115 spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia. Tahun 1979 tercatat 8.000 dokter umum, 286 spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dan 16.888 bidan .
Pada tahun 1978 tercatat 90 % sampai 92 % persalinan dilakukan oleh dukun, 6 % oleh bidan dan 1 % oleh dokter. Masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun membangkitkan kesadaran pemerintah untuk memperkecil resiko persalinan itu. Untuk mengurangi resiko tersebut telah dilakukan latihan dukun beranak sebanyak 110.000 orang.
Tahun 1902 diadakan usaha kembali untuk mendirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi, tahun 1904 dibuka pendidikan bidan untuk wanita keturunan Belanda Indo di salah satu rumah sakit swasta di Makassar. Bidan yang lulus harus mau ditempatkan dimana saja sebab tenaga nya dibutuhkan dan harus menolong mereka yang tidak kurang mampu secara Cuma-cuma.
Tahun 1912/1913 merupakan era baru perkembangan pendidikan bidan. Pada tahun ini , pendidikan tenaga keperawatan dilakukan secara terencana di RSUP Semarang. Calon siswa yang diterima dari HIS dengan lama 7 tahun pendidikan perawatan empat tahun. Tahun 1915 sekolah bidan menghasilkan lulusan pertama. Lulusan perawat wanita dapat meneruskan ke pendidikan bidan selama dua tahun dan untuk perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan kesehatan masyarakat, juga selama dua tahun.
Tahun ini juga dibentuk perkumpulan Budi Kemuliaan di Jakarta dan didirikan sekolah kebidanan. Pokok-pokok anggaran dasarnya mencantum:
- Memperbaiki nasib ibu hamil, ibu bersalin dan bayi sampai ke pelosok pedesaan.
- Menyelenggarakan pendidikan untuk tenaga-tenaga di lapangan kebidanan.
- Mempertinggi derajat ilmu kebidanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal itu.
Awal berdiri sekolah bidan kemuliaan merekrut peserta didik juru rawat yang berpengalaman kerja minimal dua tahun, dengan lama pendidikan dua tahun. Selanjutnya sekolah bidan budi kemuliaan menerima tamatan sekolah lanjutan pertama (MULO) dengan lama pendidikan tiga tahun dan mencakup pendidikan keperawatan dan kebidanan.
Tahun 1930 Pemerintah Belanda membuka pendidikan bidan dengan dasar MULO. Dengan lama pendidikan 3 tahun, di Yogyakarta tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan tujuan kursus ini adalah memperkenalkan lulusan bidan dengan program kesehatan ibu dan anak (KIA) lamanya kursus ini antara 7-12 minggu. Tahun 1965 kursus tambahan bidan di tiadakan. Nazriah, (2009, hlm 45-53)
Semoga tulisan ini bermanfaat Terima kasih
Daftar Pustaka
Nazriah, (2009). Konsep dasar kebidanan. Banda Aceh, yayasan pena.
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.